Bagaimana Cara Mengatasi Anak Yang Susah Berkonsentrasi ?

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Yang Susah Berkonsentrasi ?
Photo by Annie Spratt / Unsplash

Apakah bunda pernah mengalami kondisi susah berkonsentrasi, diakhir hari badan terasa lelah, padahal pekerjaan belum ada yang selesai dengan baik ? Tentu saja pernah kan bunda, ayah. Begitu juga dengan seorang anak pasti mengalami hal yang serupa. Banyak anak yang susah menyelesaikan suatu permainn sampai akhir atau selsai karena mereka cepat teralihka, dan susah fokus dari hal-hal selainnya.

Satu Per Satu

Anak-anak memang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Mereka mengenali dunia dan lingkungannya dengan mencium, menjilat, meraba, melihat, dan merasakan apa saja yang mereka temukan. Oleh karena itu kenalkan anak dengan sesuatu hal secara bertahap.

Banyaknya informasi mengenali bau, rasa, bentuk, bunyi akan tercampur di dalam otak anak sehingga membuatnya susah mengenali satu hal secara intensif. Lakukan hal yang sama dengan sebuah mainan dan permainan kepada anak. Berikan satu per satu mainan yang dapat dimainakan sampai selesai daripada satu kardus penuh mainan di dalam waktu yang bersamaan.

Apa Yang Tidak Ada ?

Pada saat anak sudah mampu mengenali berbagai macam bentuk benda, bunda dapat membuat sebuah permainan baru, yaitu “Tebak apa yang tidak ada”. Minta anak untuk mengamati beberapa benda diatas meja. Kemudian bunda bisa meminta anak untuk menutup mata sejenak, lalu sembunyikan satu benda yang ada di atas meja. Lalu, minta ank membuka mata dan tanyakan benda apa yang sudah tidak ada di atas meja. Bunda bisa meningkatkan variasi mainan dan jumlah mainan sesuai dengan kemampuan anak.

Temukan Benda Itu

Bunda bisa melatih anak untuk suka membaca buku dengan cara membacakan buku kepada anak sejak kecil. Minta anak untuk menunjuk dan mengenali tokoh atau benda yang ada di dalam buku anak-anak yang bunda bacakan. Jika anak sudah bisa membaca, bunda bisa meminta anak untuk menunjukkan kata tertentu dari suatu paragraf. Jika bunda sering membacakan suatu cerita yang sama, bunda bisa mencoba dengan merubah alur cerita. Perhatikan apakah anak memperhatikan perbedaanya. Jika anak susah menemukan suatu perbedaannya maka bantu anak untuk menelaah mengapa dirinya susah menemukan sesuatu.

Bisikan Penuh Arti

Di lingkungan ini penuh dengan hiruk pikuk sehingga anak sering menyerap terlalu banyak informasi dan susah diolah oleh otaknya. Anak juga tidak tahu lagi, informasi mana yang yang harus didahulukan dan penting. Maka, bunda bisa melakukan hal dengan cara mengatakan sebuah kata-kata dengan bisikkan pada saat bunda dan ayah mengajak mereka jalan-jalan di pasar, maal, atau taman bermain lainnya. Upayakan agar kalimat yang bunda bisikkan adalah kalimat yang membutuhkan tanggapan.

Perhatikan, apakah anak bunda bisa mendengar bisikan itu ? Apakah anak mengerti kalimat yang dibisikkan ? Tanyakan kepada anak tentang pendapatnya apakah mereka lebih peduli ketika bunda atau ayah berbisik ? Sebaliknya, apakah mereka merasa bunda lebih peduli ketika mereka berbisik ?

Hidung pun Mencium Bau

Mengasah indra memerlukan konsentrasi, apalagi untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat. Semakin indra terasah, maka akan semakin mampu berkonsentrasi. Misalnya, bunda pada saat membuat roti dan mau mengeluarkan roti dari oven. Bunda bisa meminta anak untuk memejamkan mata dan mencium bau apa yang dicumnya. Minta anak untuk menjelaskan dengan kata-katanya sendiri, bau seperti apa yang diciumnya?. Hl terpenting adalah biarkan anak untuk mengambil waktunya dan membiarkan anak mengenali dunianya. Biarkan anak fokus ke penjabaran satu benda, sebelum ke benda lainnya.

Menyusun Puzzle

Latihan konsentrasi yang cocok untuk anak adalah menyusun puzzle. Banyak puzzle menarik yang dapat diberikan ke anak sesuai dengan usianya. Bunda juga dapat membuat puzzle sendiri dengan gambar yang digemari anak.

Ambil gambar kesukaan anak kemudian cetak dan tempel di karton besar. Lalu, gunting-gunting foto itu menjadi beberapa bagian, lalu minta anak untuk menyusunnya lagi.

Jika anak masih susah dalam berkonsentrasi, maka bunda bisa dengan cara menggunting puzzle dalam bentuk yang lebih sederhana (persegi atau persegi panjang) sehingga dia dapat fokus pada objek yang dia sukai daripada bentuk potongan puzzle. Jika anak sudah bisa berkonsentrasi, bunda bisa membuat variasi potongan gambar lainnya.

Bergerak Seimbang

Bunda masih ingat dengan pemainan tradisional waktu dulu di zaman masih kank-kanak ? Yaitu, permainan membawa kelereng di sendok yang digigit. Permainan ini bisa bunda gunakan ke anak-anak. Permainan ini dapat melatih konsentrasi tinggi karena kita harus bergerak dengan seimbang supaya kelereng tidak jatuh. Bunda juga bisa menggunakan permainan yang semcamnya. Beberapa permainan tradisional juga dapat digunakan untuk melatih konsentrasi, dan bisa dimainkan bersama anak. Jangan lupa beri waktu anak untuk mengasah kemampuan konsentrasinya di setiap permainan. Ingat, bunda harus mencatat berapa lama dan berapa jauh anak berjalan sehingga dia dapat melihat perkembangan dirinya.

Buat Jadwal

Bagi anak yang ingin melakukan banyak hal, dia sering kali tidak tahu sebenarnya, kapan dia harus melakukan apa. Untuk itu bunda sebaiknya membuat jadwal kegiatan sehari-hari dan berpegang teguh pada jadwal tersebut, sebagai berikut :

  • Pukul 07.00 – 08.00 Sarapan
  • Pukul 08.00 – 09.00 Bermain bersama ibu
  • Pukul 09.00 – 10.00 Bermain sendiri
  • Pukul 10.00 – 11.00 Istirahat dan makan camilan
  • Pukul 11.00 – 12.00 Latihan konsentrasi bersama ayah
  • Pukul 12.00 – 13.00 Bermain sendiri
  • Pukul 13.00 – 14.00 Makan Siang
  • Pukul 14.00 – 17.00 Tidur Siang

Setiap kali satu kegiatan selesai bersama anak, bunda bisa memberikan tanda kalau kegitan tersebut sudah dilakukan. Bunda bisa menempelakn stikel lucu yang disukai anak. Semakin sering jadwal yang ditepati, maka jadwal itu akan semakin meresap dalam diri anak.

Kasar Versus Halus

Apakah bunda pernah merasakan betapa resahnya pada saat susah berkonsentrasi? Hal satu belum selesai, sudah datang hal lain, dan sudah menunggu sederetan hal lainnya lagi. Ketika konsentrasi anak buyar, kepala dan hatinya juga bercampur aduk. Ketika ini terjadi, ada anak yang diam-diam melakukan hal lain, dan ada juga yang bingung, resah, atau megeluarkan emosinya dengan cara teriak dan marah.

Ingat, jangan balas kekasaran dengan kekerasan karena mereka sendiri sebenarnya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mengapa semua hal bercampur menjadi satu. Semakin tinggi suara anak maka bunda dan ayah semakin harus berbicara lembut sehingga diharapkan anak semakin tenang. Sebagaimana jika anak berbuat kasar maka bunda dan ayah harus lebih lembut atau halus dalam menanggapinya. Tenangkan anak dan berikan pengertian kalau sulit berkonsentrasi bukanlah kesalahan yang patut dihukum, serta masalah tersebut dapat diatasi bersama.

Sesuai Usia

  • Usia 18-15 bulan, anak dapat berkonsentrasi selama satu menit penuh. Lebih dari itu mereka mulai terpengaruh dengan lingkungan yang ada.
  • Usia 16-19 bulan, anak dapat berkonsentrasi penuh selama dua sampai tiga menit. Lebih dari itu mereka mudah terpengaruh jika mendengar atau melihat sesuatu.
  • Usia 20-24 bulan, anak dapat berkonsentrasi sendiri tanpa pendamping orang dewasa selama tiga sampai enam menit. Lebih dari iru mereka mudah terpengaruh jika mendengar sesuatu
  • Usia 25-36 bulan, anak bisa berkonsentrasi penuh selama lima sampai delapan menit. Lebih dari itu mereka bisa menyelingi aktivitas dengan pendamping, sebelum mulai berkonsentrasi lagi.
  • Usia 3 – 4 tahun, anak bisa berkonsentrasi penuh selalam delapan sampai sepuluh menit. Lebih dari itu mereka bisa menyelingi dengan aktivitas lain, sebelum kembali berkonsentrasi ke aktivitas awal.

Dengarkan Keluhan Anak

Semakin besar anak maka dia semakin bisa mengungkapkan isi hatinya, termasuk kenapa ia susah berkonsentrasi. Bunda dan ayah bisa menanyakan kepada anak alasan kenapa dia susah berkonsentrasi secara langsung. Jangan biarkan anak untuk menghadapi masalahnya sendirian. Hal ini hanya akan membuat anak semakin tertutup dan risau. Semakin anak risau maka semakin susah anak untuk berkonsentrasi. Maka, bunda dan ayah harus menjadi pendengar yang baik dan selalu ada untuk anak ketika ada masalah.


Read more