Bagaimana Cara Mengatasi Anak Suka Berkelahi?

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Suka Berkelahi?
Photo by Allen Taylor / Unsplash

Wajar jika dua orang mempunyai pendapat, tingkah laku, karakter, kebiasaan, dan kesukaan yang berbeda. masalah baru akan muncul jika masing-masing saling memaksakan pendapatnya ke orang lain, serta menuntut yang lain untuk mengikuti apa yang dia mau. Jika perbedaan ini sulit diredakan karena dapat memengaruhi ketenteraman sekelilingnya dan menjadi perkelahian yang berkepanjangan. Bagaimana cara mengatasi anak suka berkelahi?

Menjadi Teladan

Anak meniru tingkah laku orang yang ada di sekitarnya, terutama dari orang tuanya. Jika orangtua cepat menggerutu, mengumpat, bahkan bertengkar untuk hal kecil, anak pun akan melihatnya, mendengar, dan menirukannya. Oleh karena itu, sebelum bunda menginginkan anak yang tidak suka berkelahi, bunda hyarus melihat kondisi dan suasana di dalam rumah. Ajak seluruh keluarga untuk mengerti, mengapa seseorang tidak suka dengan apa yanga dilakukan orang lain dan mencari solusinya.

Semua orang tua pasti pernah mengalami hal ini : Setelah penat di jalan, di kantor masalah tak henti-henti datang, anggota keluarga yang terkena masalah, sampai di rumah anak-anak malah bertengkar karena hal yang sepele. Namun, jangan pernah memberikan hukuman fisik ke anak karena hal itu diingat sepanjang hidupnya.

Konsisten dengan Peraturan

Tidak ada yang lebih membingungkan anak ketimbang peraturan yang berubah-ubah. Jika ada anak lain di perbolehkan melakukan apa yang dia tidak boleh lakukan. Akibatnya anak akan merasa diperlakukan tidak adil dan marah. Jika tidak bisa marah kepada orangtua, dia akan melampiaskannya ke anak lain yang dapat berujung ke perkelahian. Oleh karena itu, bunda harus konsisten menjaga peraturan yang berlaku bagi anak. Ajak anak untuk mengerti perbedaan kondisi masing-masing anggota keluarga. Adil itu bukan berarti semua harus sama.

Berbagi Bersama dan Sadar Giliran

Hal yang paling sering menjadi bahan perkelahian antaranak adalah seling berebut mainan. Bunda bisa mengajarkan anak untuk berbagi sejak bayi. Ketika bayi memegang sesuatu ditangannya, bunda dapat mengadahkan telapak tangan dan menunjuk-nunjuk telapak tangan di depan bayi dengan wajah memohon. Beri tanda apabila bayi sudah dapat menaruh benda ditangannya di telapak tangan bunda. Beri anak pujian jika bayi sudah bisa melakukannya.

Ingat adil bukan berarti semua sama harus banyak, tetapi sesuai dengan apa yang diperlukan. Siapa yang memerlukan lebih di saat itu dan anak tidak terlalu membutuhkan, dibahas bersama dalam bahasa yang dimengerti anak.

Bunda dapat membuat urutan kebutuhan, yang membutuhkan suatu barang boleh mendapatkan terlebih dahulu, dan seterusnya. Jangan lupa untuk mengganti giliran per hari atau per minggu, agar semua pernah menjadi yang pertama dan yang terakhir sehingga tidak ada anak yang merasa dinomorduakan. Hal terpenting bahwa semua sadar gilirannya tiba dan sabar menanti sampai giliran tiba.

Bersama Bersaudara

Jangan bandingkan anak, apalagi memaksanya sehebat anak yang lain. Pelajari kelebihan setiap anak, dukung serta kembangkan bakat dan minatnya. Jangan menutup mata atas kelemahan setiap anak. Beri dukungan hingga mereka mampu mandiri mengatasi kelemahannya. Jangan membagi tugas rumah atau tanggung jawab berdasarkan umur atau jenis kelamin, melainkan berdasarkan kemampuan.

Anak butuh perhatian orangtuanya. Sang anak melihat absennya perhatian orangtua sebagai sinyal kalau keberhasilannya disekolah tidak berharga. Akibatnya dia menjadi malas, atau iri pada saudaranya, yang berujung pada perkelahian. Dipikirannya, semakin banyak kelakukannya yang minus, semakin sering orangtua akan memerhatikannya. Oleh karena itu, berilah perhatian seimbang ke semua anak, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya.

Dengarkan Secara Menyeluruh

Jika ada dua atau lebih anak berkelahi, bunda harus mendengarkan semuanya secara menyeluruh. Biasanya anak anak hanya berfokus terhadap apa yang “musuh”-nya lakukan dan terus dilakukan berulang-ulang. Misalnya, dia mengambil mobil-mobilanku, merusak bonekaku, melakukan ini, melakukan itu. Jangan lupa untuk mendengarkan pihak lainnya.

Tahan emosi, juga tahan dulu semboyan “Anak saya yang benar, anak dia yang salah”; atau “Anak yang lebih kecil selalu benar, kakaknya salah.”. Jaga dan tahan kesabaran dan tenangkan diri. Dengarkan mereka jika sudah benar-benar berhasil menenangkan diri. Dengan sabar dan tenang, bahas permasalahan dan solusi yang tepat dengan semua orang yang terlibat.

Jika anak terbiasa terbuka mengutarakan perasaan dan mendengar perasaan pihak lain, dia belajar mengerti ada hal lain yang menjadi alasan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Simpati dan empatinya pun terasah dan anak akan mengingat hal ini, sebelum memulai melakukan sesuatu yang membuat pihak lain kesal.

Aturan Berkelahi

Jika perkelahian anak tidak dapat dihindari, dan dapat menentukan sejauh atau separah mana perkelahian boleh terjadi. Oleh karena itu, bunda harus membuat peraturan tegas, termasuk memberi anak hukuman jika melanggar aturan. Aturan yang harus dituruti adalah tidak boleh orang lain cidera, sakit, atau terluka. Mereka juga tidak boleh menggunakan benda tajam, memukul, menendang, meludah, atau menimpuk, serta tidak menggunakan kata-kata makian. Jika anak melanggar, berikan hukuman yang dapat merangsang empati, simpati, dan logika anak.

Meminta Maaf

Ajari anak untuk meminta maaf, yang dapat dimulai dari bunda dan ayah, sebagai orang tua. Jika melakukan sesuatu yang membuat pihak lain susah, segeralah meminta maaf. Jika terjadi pekelahian, serta kedua pihak saling mengumpat, memaki, atau melakukan kekerasan fisik, maka kedua pihak harus meminta maaf akan apa yang telah mereka lakukan.

Lapar dan Lelah

Jika anak lapar, lelah, atau keduanya, jangan harapkan anak mampu menjadi sabar, penuh pengertian, dan toleransi. Bukan hal yang mengherankan jika mereka akhirnya berkelahi. Ketahui jam lapar anak, kapan mereka lelah, serta jangan memaksa mereka untuk menahan dan lelah terlalu lama. Selalu sediakan makanan dalam perjalanan sehingga perut tidak kosong. Minta mereka tidur atau beristirahat jika perlu, walau mereka sendiri belum merasa lelah.

Tekanan Keluarga

Banyak orangtua yang memberikan tuntutan yang terlalu tinggi ke anak. Tentu saja hal ini membuat anak tertekan. sebenarnya semua anggota keluarga mengetahui apabila orangtuanya tidak benar (misalnya), tapi dia terpaksa menurut karena biasanya takut dihukum. Oleh karena itu, bunda harus mengevaluasi tntutan dan tekanan anak dalam keluarga. Ingatlah, kondisi mental anak lebih penting dari nilai sekolah atau seberapa jauh anak menuruti orangtua.

Kumpulan Dendam

Ada beberapa anak yang mampu mengingat dengan jelas hal-hal yang membuatnya kesal dan mengumpulkannya di dalam hati. Jika bunda memili anak yang senang memendam, seringlah memberi penjelasan dengan bahsa yang dimengerti anak kalau hidup itu tidak sempurna. Semua orang pasti punya kesalahan. Tunjukkan ke anak ada hal-hal yang tidak berjalan mulus dam cara mengatasinya. Jangan tunggu sampai semuanya meledak.

Ada Kecewa

Bunda harus membiasakan dan mengajarkan anak untuk saling berbagi, mengalah, dan memberi, tapi rasa kecewa pasti tetap ada. Hal yang harus bunda perhatikan adalah jangan sampai mengecewakan anak dengan hal yang sama. Seringlah bertanya ke anak, apa yang dia rasakan saat itu. Jangan membuat anak kecewa. Cobalah untuk selalu mengganti kekecewaan dengan kebahagiaan di waktu lain.



Read more