Bagaimana Cara Mengatasi Anak Penakut ?

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Penakut ?
Photo by Caleb Woods / Unsplash

Takut adalah salah satu insting yang dimiliki oleh manusia. Ketika, takut manusia akan cenderung hati-hati dan tidak sembrono dalam melakukan sesuatu. Sehingga, rasa takut itu akan melindungi kita untuk tidak melakukan hal-hal yang berbahaya, Namun, masalah baru akan muncul jika seseorang sampai tidak dapat melakukan apa-apa. Apalagi rada takut yang berlebihan ada pada anak-anak, khusunya yang disebabkan oleh hal-hal yang sederhana.


Orang Asing

Bagi anak yang masih kecil apalagi masih bayi, rasa takut dikeluarkan dalam bentuk reaksi tubuh seperti menangis (terutama bagi bayi); berhenti bergerak, mengelakkan diri, atau bersembunyi di balik orang tua. Salah satu hal yang sering membuat mereka takut adalah orang asing. Wajah yang tidak dikenal tiba-tiba mendekat, menatap mereka, mengajak bercakap-cakap dalam bahasa yang belum dimengerti, atau menjamah-jamah badan mereka.

Bunda harus menghormati rasa takut anak. Jangan memaksa anak untuk mau dipeluk, dicium pipinya, atau digendong. Dengan suara tenang perkenalkan orang asing itu ke anak.Jika anak masih takut, biarkan. Jangan paksakan anak, walau sampai akhir di tetap merasa takut.

Ditinggal Ibu

Pada saat anak dilahirkan, orang pertama yang memiliki ikatan yang kuat dengan anak adalah ibu. Jadi jangn heran jika anak apalagi dia masih bayi merasa aman bersama ibu dan ketakutan jika ditinggal. Bayi memang belum bisa melakukan banyak hal, tapi mereka dapat merasakan bau badan, suara, rupa ibunya, serta perasaan yang diberikan ibu kepada anak.

Bunda harus tetap tenang walaupun anak menangis ketika bunda tinggal. Secara bertahap ajarkan anak untuk di tinggal, misalnya hanya lima menit. Setelah lima menit berlalu, bunda bisa kembali dan biarkan anak merasakan kehadiran bunda. Jika anak sudah percaya bahwa bunda akan kembali, dia pun akan tenang.

Mari Bicara

Ketika anak merasa ketakutan, gendong dan peluk anak sambil berbicara dengan suara yang lembut. Anggap mereka lawan bicara ketika diajak mengobrol. Bunda juga dapat berbicara sambil berjalan dan menunjukkan benda-benda di sekeliling mereka. Misalnya, “Kamu lihat bunga itu ? Bagus, ya” atau “Kamu suka baju itu ? Warnanya mera”. Jika bunda menunjukkan kalau semuanya normal, tidak berbahaya, aman, maka anak akan semakin cepat dan tenang.

Hadiah Penuh Arti

Ketika anak sudah bernai untuk ditinggal dan tidak cepat takut, anak dapat diberi hadiah sebagai tanda kalau bunda bangga akan pencapaiannya. Hadiah yang diberikan kepada anak tidak perlu dalam bentu mainnan atau barang-barang yang mahal. Namun, berikanlah hadiah berupa hadiah yang memiliki makna yang dalam. Misalnya, tambahan satu jam bermain bersama bunda atau ayah yang lebih dari biasanya, pergi ke kebun binatang atau taman kota, merakit sesuatu atau membuat hasta karya bersamadi rumah dimana hasilnya dapat digunakan, atau membuat benda yang menarik dan tidak biasa dimainkan oleh anak.

Jangan Menyelinap

Rasanya memang berat meninggalkan anak, apalagi saat dia menangis. Jadi, katakan dengan jujur kepada anak apabila bunda harus meninggalkannya sejenak, daripada menyelinap diam-diam. Jangan pernah meninggalkannya dengan cara menyelinap tanpa pemeberitahuan. Hal ini akan mengakibatkan anak menjadi trauma karena takut saat dirinya tertidur, orangtuanya akan meninggalakan dirinya. Jangan lupa memberi tahu ke anak berapa lama bunda akan meninggalkannya.

Jika bunda menitipkan anak ke saudara, jelaskan kepada anak, jangan hanya menitipkan anak di suatu tempat, lalu ditinggal pergi begitu saja. Anak juga membutuhkan waktu untuk mengenali lokasi dan wajah-wajah yang kini mengelilinginya.

Tepati Waktu Kembali

Apakah bunda pernah merasa kesal karena ada kerabat yang sudah berjanji untuk datang, tapi terlambat datang ? Anakpun juga merasakan hal demikian. Mereka tidak hanya kesal, tapi juga kecewa, cemas, takut kenapa orang tua nya tidak kunjung datang. Rasanya memang susah, tapi bunda harus berusaha untuk selalu menepati kapan waktu untuk kembali, Minta maaf jika bunda atau ayah datang terlambat. Usahakan jangan terlalu sering untuk mengingkari janji. Hal tersebut dapat menyebabkan anak tidak mau percaya lagi kepada bunda tau ayah. Akibatnya, akan menimbulkan masalah psikis.

Dengarkan Alasannya

Banyak orang tua yang berfikir, kalau anak akan berani dengan sendiri-nya ketika dir bertambah usia. Namun, kenyataan tidak menyatakan hal demikian. Usia anak yang sudah bertambah tidak dapat menghilangkan sesuatu yang membuatnya takut.

Bunda bisa menanyakan kepada anak alasan kenapa anak merasa takut. Karena bisa jadi rasa takut anak masih tergolong wajar bagi orang dewasa. Jangan pernah menertawakan alasan anak yang mungkin terlihat konyol bagi bunda, tapi jangan pernah memaksanya. Bangun kepercayaan anak kepada bunda sambil tetap menemaninya selama proses berlangsung dalam menghadapi ketakutannya.

Aku Bisa

Alasan lain kenapa anak merasa takut adalah karena dirinya salah atau gagal, apalagi jika lingkungan menuntut semua harus serba benar. Misalnya, anak tidak boleh jatuh, tidak boleh memainkan mobil-mobilannya di tembok rumah, dan seterusnya. Bunda harus memerhatikan usia dan kemampuan setiap anak, serta tuntunan yang diberikan kepadanya. Jika anak jatuh ketika berlari, jangan memarahinya atau mengomentarinya dengan kata-kata merendahkan. Beri anak waktu untuk berlari tanpa jatuh, serta beri pujian jika dia bisa melakukannya.

Anak main di tempat yang tidak semestinya. Ketimbang memarahinya, lebih baik jelaskan mengapa dia tidak boleh di temapt itu. Usahakan agar tidak menggunakan kata takut, seperti takut cat tembok rusak, takut lampu di meja jatuh, dan takut lainnya. Beri alasan logis dan ajak anak mencari solusi bersama.

Dokter Bukan Musuh

Pernahkah bunda menjumpai kalimat yang sering dilontarkan oleh orang tua, seperti ini “Kalau nakal, kamu bakal di suntik dokter!” atau “Kalau enggak nurut, nanti dibawa ke dokter!”. Ucapan yang seperti ini akan menjadikan dokter sebagai momok atau musuh anak-anak. Tidak heran jika anak menangis disteris ketika mendengar akan dibawa ke dokter. Bunda bisa membicarakan dengan anak bahwa anak tidak perlu takut dengan dokter. Karena dokter itu baik dan suka menolong orang yang sakit dan mereka suka membantu anak-anak. Hal tersebut juga berlaku bagi9 profesi yang lain. Intinya, jangan mengancam anak dengan menggunakan profesi tertentu sebagai sang penghukum.

Waktu Berpisah

Ada anak yang sensitif akan perpisahan sehingga membuatnya begitu sedih saat berpisah dari benda atau orang yang disayanginya. Dan membuat mereka ketakutan pada saat hal tersebut meninggalkannya. Anak yang sensitif akan loyal terhadap hal-hal yang disuakinya. Jadi, mereka membutuhkan waktu untuk berpisah dengannya. Lebih baik tanyakan kepada anak, apa yang mereka ingin lakukan untuk melakukan perpisahan dengan benda tau orang tersebut. Jadikan perpisahan bukan hal yang menakutkan.

Membandingkan Diri

Pada saat anak memasuki kelompok bermain di sekolah atau taman kanak-kanak, disadari atau tidak disadari, mereka mulai membandingkan diri dengan anak lainnya. Ada yang lebih tinggi darinya, lebih besar, lebih berani, lebih cepat, lebih kuat, lebih ini, dan lebih itu. Anak juga melihat pujian diberikan kepada mereka yang kurang beruntung. Tidak heran kalau jadi takut gagal, takut salah, takut dijahui teman kalau dia tidak semampu yang lain. Maka, bunda harus mengajak dan mengamati anak untuk berdialog setiap harinya. Asah terus yang membuatnya bangga, senang, atau mampu dilakukannya. Beri semangat pada hal-hal yang tidak mampu dilakukannya. Jelaskan bahwa salaha tau gagal itu biasa dan bagus untuk proses belajar menjadi lebih baik lagi. Bagi anak yang terintimidasi dengan ukuran anak lain, ajak anak untuk fokud ke apa-apa yang bisa dilakukannya daripada bentuk fisiknya.


Read more