Bagaimana Cara Mengatasi Anak Pemarah?

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Pemarah?
Photo by Alexander Dummer / Unsplash

Halo bunda! Saya mau sedikit berbagi tentang buku yang sedang saya baca dan pelajari yang berjudul “500 Cara Membenahi Perilaku Anak” yang ditulis oleh Kusumastuti. Bunda, memang tugas sebagai seorang orang tua itu tidaklah mudah, banyak menguras emosi, waktu, dan tenaga. Namun anak merupakan rezeki yang besar di sebuah biduk rumah tangga. Yuk bunda, mengenal bagaimana tips dan trik untuk mengatasi masalah dari berbagai karakter dan kondisi anak.

Marah adalah suatu bentuk emosi yang wajar ditemui pada makhluk hidup, baik hewan maupun manusia. Tapi masalah akan muncul apabila bentuk emosi itu diluapkan dengan agresif sehingga berakibat menyakiti diri sendiri atau orang lain, sulit diredakan, merusak, atau menjelma menjadi murka yang berkepanjangan.

Tenang Menangkis Emosi

Jika anak belum bisa mengungkapkan kemarahannya, maka dia akan menangis, berteriak, mengentakkan kaki, atau mengepalkan tangan. Jika anak sudah menunjukkan tanda seperti itu, ada baiknya bunda jangan kesal terlebih dahulu, apalagi menghardiknya, dan jangan memerintahkan anak untuk segera diam.

Marah adalah suatu bentuk emosi yang wajar ditemui pada makhluk hidup, baik hewan maupun manusia. - Dewi Ummu Aisyah

Tenangkan diri bunda, kumpulkan kesabaran, curahkan kasih sayang, dan ambil waktu untuk anak. Berikan anak rasa aman dan nyaman, peluk erat-erat, bisikkan kalimat yang menenangkan agar emosinya mereda. Biarkan mereka merasakan kasih sayang bunda, bahkan dalam keadaan emosi.

Cara Yang Baik

Jika bunda melihat orang tua yang menyisihkan waktu baginya untuk memecahkan masalahnya, dia akan merasa dicintai oleh bunda dan ayah. Ketika anak sudah dalam kondisi tenang, bunda dapat berbicara kepadanya. Beri anak pengertian kalau rasa marah bukanlah hal yang salah, tapi ada cara penyampaian yang lebih baik. Katakan kepadanya, seperti : “Daripada berteriak-teriak, nanti tenggorokan adik sakit. Kalau mainannya rusak, bilang ke bunda ya? Supaya nanti bunda perbaiki”, dan perkataan sejenisnya. Jika ada badan anak yang sakit karena terbentur sesuatu, katakan kepadanya bahwa daripada menangis sambil menjerit-jerit lebih baik anak dapat menunjukkan kalau ada anggota badannya yang sakit. Bunda juga bisa memberikan contoh dengan gerakan.

Hal tersebut harus dilakukan berulang-ulang dan dengan penuh kesabaran. Jangan lupa memberikan pujian jika anak dapat dengan cepat meredakan kemarahannya sendiri.

Waktu Untuk Sendiri

Adakalanya anak begitu histeris sampai susah ditenangkan. Teriak, menangis, menendang, memukul, atau melempar barang. Jika anak melempar mainan, bunda bisa memunguti mainan yang ada di sekelilingnya dengan tenang dan jauhkan darinya. Bunda bisa mengatakan ” Sekarang mainannya harus istirahat, nanti kalau kamu sudah tenang, mereka bisa keluar lagi”. Sama halnya dengan menendang atau memukul.

Katakan kalau bunda tidak akan meninggalkannya, jelaskan jika bunda selalu siap untuk membantunya untuk menenangkan diri. Bunda juga bisa memberinya waktu, misalnya 2 menit, agar anak menenangkan dirinya sendiri. Lalu bunda bisa menghampirinya untuk menyelesaikan masalah.

Pola Tidur dan Makanan Sehat

Banyak anak yang memiliki masalah untuk tidur nyenyak saat malam. Hal ini biasanya mengakibatkan mereka terlalu lelah. Jadi tidak heran apabila keesokan harinya, mereka susah berkonsentrasi dan mengantuk, meski tetap ingin bermain. Akibatnya emosi mereka tidak stabil sehingga sering berbuat kesalahan kecil dan menjadi kesal karenanya. Semakin kesal, semakin mereka tidak mampu untuk mengendalikan diri sehingga kesalahan yang dibuat pun semakin besar.

Pastikan anak untuk selalu mendapatkan makanan dan minuman tepat waktu dalam jumlah yang cukup bagi kegiatannya. Jika udara panas, tambah asupan cairan bagi anak. Kekurangan protein akan memengaruhi perkembangan otak anak. Akibatnya dia akan susah berkonsentrasi. Kekurangan vitamin juga mengakibatkan badannya lesu, merasa tidak nyaman, bahkan sering sakit.

Keinginan Berbalik Dengan Kenyataan

Banyak anak langsung marah ketika keinginannya tidak dituruti atau tidak ada. Untuk mengatasinya bunda harus menjelaskan kepada anak alasan mengapa keinginannya tidak segera terwujud. Apakah karena belum sempat membeli? Apakah karena susah didapatkan? Usahakan mengatakan yang sejujurnya kepada anak, tidak mengada-ada (misalnya hanya karena malas memberi), dan jangan memberinya harapan palsu (misalnya berkata bahwa nanti kalau sudah ada uang pasti dibelikan – yang entah itu kapan-). Lebih baik beri alternatif lain, apa yang bisa didapatkannya sekarang.

Tunjukkan ke anak kalau semua orang juga mengalami hal yang sama : tidak semua keinginan mereka, apalagi dalam satu waktu terjadi. Memang berat, tapi bunda harus membiasakan anak untuk belajar melihat kenyataan dan belajar menerima kenyataan.

Mengenal Diri

Hal yang membuat anak cepat frustrasi adalah ketika dia membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih dari mereka. Tanamkan kepercayaan diri pada anak sehingga dia lebih fokus ke hal-hal yang dapat dilakukan, ketimbang membandingkan dirinya dengan yang lain. Tulis semua hal itu sehingga anak melihat bahwa dia sudah bisa melakukan banyak hal.

Tegas Tanpa Marah

Seperti layaknya orang dewasa yang acap kali mengabaikan peraturan, anak pun sering mencoba melawan aturan yang ada. Semakin anak marah karena keinginannya tidak dituruti, bunda harus lebih bersabar. Beri tahu anak dengan tegas, tanpa marah, kalau dia tidak boleh melakukan hal tersebut. Jika anak mulai menjerit, katakan lagi dengan tegas. Bunda juga bisa menggunakan kalimat “Kalau kamu teriak-teriak seperti ini, bunda tidak mengerti apa yang kamu mau. Kalau kamu sudah tenang dan tidak teriak-teriak lagi, baru bunda dengarkan lagi.”

Ingat, cobalah untuk menahan diri agar bunda tidak larut atau turut berteriak atau saling adu tentang siapa yang paling keras. Jangan lupa untuk memberikan pujian jika anak mampu mengikuti aturan yang ada.

Merangkai Kata Maaf

Anak meniru kebiasaan orang dewasa. Jadi bukan tanpa alasan anak susah mengucapkan kata maaf. Hal tersebut dikarenakan anak lebih sering mendengar kata makian, umpatan, serta rangkaian kalimat penyaluran rasa kesal, marah, dan murka. Sementara anak sedikit sekali mendengar variasi kalimat maaf, selain ucapan singkat “maaf ya”. Biasakan semua anggota keluarga di rumah menggunakan kalimat maaf yang lengkap, tepat, dan jelas. Memuji keberanian anak ketika meminta maaf adalah ide yang sangat bagus.

Mencari Perhatian dan Toleransi Bersama

Ada anak yang suka marah untuk menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Dia membuat semua menjadi sulit karena apa pun yang terjadi dia merasa tersinggung, kesal, dan marah. Hal ini biasanya terjadi karena anak merasa orang tuanya (atau orang-orang yang di sekelilingnya) kurang memerhatikannya. Oleh karena itu, bunda harus mengamati apa yang sebenarnya terjadi di rumah, terutama dengan anak. Apa benar, anak kurang diperhatikan? Misalnya, anak hanya diberikan mainan, tapi bunda tidak pernah bermain dengannya.

Perilaku anak di dalam rumah dan di luar rumah sering kali berbeda. Keinginan untuk menunjukkan “Aku bisa!” ke temannya dapat membuat anak menjadi egois dan semua mainan hendak dikuasai, apalagi jika ada temannya yang lebih lambat dan pemalu darinya. Oleh karena itu bunda harus berulang kali memperlihatkan bentuk toleransi akan kekurangan dan kelebihan orang lain kepada anak. Tunjukkan kelebihan anak untuk menolong teman-temannya, bukan untuk menguasai mereka. Seperti halnya bunda yang sabar menunggu anak selesai membereskan mainan, anak juga belajar kesabaran dalam menanti teman-temannya yang lebih lambat dari dirinya.

Mendengarkan Sesama

Pertengkaran dan perkelahian anak sering kali dimulai dari kesalahpahaman dengan anak dengan temannya. Anak merasa teman bermainnya mengambil mainannya, padahal dia hanya ingin saling bertukar mainan.

Ajari anak untuk mendengarkan dengan seksama. Jangan memotong kalimat orang lain, se-aneh apapun kalimat itu. Sering kali apa yang terjadi tidak seburuk yang diduga. Selain itu anak juga belajar mengerti sudut pandang orang lain.

Semua Mendapat Pujian

Anak yang pemarah hanya ingin diperhatikan, dipuji, dan dianggap hebat. Masalahnya, dia sendiri merasa tidak memiliki kehebatan apa-apa dibandingkan rekan sebayanya sehingga dia berusaha untuk membuat semua orang memerhatikannya, walaupun dengan cara yang tidak baik. Bunda dapat memupuk rasa rendah diri anak dengan pujian. Ingat bahwa hal ini bukan untuk memuji anak atas apa yang dia lakukan dan menghargai usahanya. Tetapi bukan dalam hal yang buruk ya!

Satu Tim

Pernahkah bunda mengenal orang yang tidak mau mengalah? Orang yang merasa dirinya harus selalu menang, dianggap benar, lebih dari yang lain, dan jika tidak berhasil akan langsung marah. Anak akan selalu difokuskan untuk lebih dari yang lain dan membandingkan dirinya dengan orang lain, akan lebih cepat frustrasi. Oleh karena itu, bunda dapat mengajak anak untuk bermain dalam tim.

Jika di dalam keluarga ada semangat kompetisi yang sangat tinggi dan harus ada “pemenang”, lakukan permainan yang tidak memiliki pemenang atau permainan yang menang maupun kalah adalah keberuntungan. Anak juga bisa diajak bermain dalam tim. Tapi jangan lupa untuk mengingatkan anak, jika timnya kalah tidak boleh ada anggota yang disalahkan. Ingatkan anak inti dari kebersamaan dalam sebuah permainan, bukannya mencari kambing hitam “mengapa kalah”.

Tukar Tugas

Anak mendapat tugas yang paling mudah dan ringan sehingga kehilangan minat untuk ikut dalam tim. Anak hanya melihat teman atau anggota keluarga lain mendapat bagian yang lebih “asyik”, sementara dirinya hanya melakukan hal remeh. Oleh karena itu, bunda dapat menukar tugas anak. Beri dia peran yang lebih penting sehingga dia merasa kalau dirinya mampu.

Hargai usaha dan opini anak. Jika idenya tidak mungkin dilakukan, jangan menertawakan dan langsung menolak mentah-mentah idenya. Libatkan anak dalam mencari solusi dan melihat alternatif yang mungkin sehingga dia tidak cepat kesal jika ada sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya.

Tahu Konsekuensi

Bunda dapat memberi tahu anak sebuah akibat jika anak marah berlebihan. Misalnya ketika anak melempar mainan atau barang sampai rusak, bunda dapat memperlihatkan harga barang dan capeknya untuk mendapat itu (bunda harus ke toko, macet, dan belum tentu barang yang sama masih ada). Hal yang sama jika anak meminta sesuatu yang susah didapat (misalnya makanan aneh-aneh atau benda yang hanya ada di TV), namun setelah didapat dia berubah pikiran dan membiarkan. Bunda bisa menjelaskan bahwa anak mungkin tidak akan bisa mendapatkan hal yang sama lagi.

Perhatikan cara penyampaian kepada anak. Ajak anak untuk bersimpati dan berempati, betapa sayangnya semua usaha, waktu, tenaga, serta uang yang terbuang sia-sia.

Selaraskan Lingkungan

Jika rumah penuh dengan barang pecah belah dan anak sering dilarang melakukan banyak hal agar barang tidak rusak, bunda harus memikirkan lagi apa yang menjadi prioritas. Jadikan rumah sebagai lingkungan yang menyenangkan bagi anak. Selaraskan dengan kebutuhan anak. Amankan barang-barang atau area yang berbahaya bagi anak daripada terus-menerus melarang anak mendekati barang atau area itu. Mungkin mengganti barang pecah belah dengan plastik, menutup stopkontak, dan memberikan alas yang nyaman bagi anak untuk bermain.

Bincang Keluarga

Usahakanlah untuk secara rutin mengadakan bincang-bincang bagi seluruh anggota keluarga. Sampaikan kekesalan, kegalauan, keresahan, dan masalah yang ada dengan terbuka sehingga yang lain mengerti suasana hati setiap anggota keluarga. Waktu yang bisa digunakan umumnya di akhir pekan ketika semua anggota keluarga berkumpul atau pada saat duduk makan bersama di meja makan.


Read more