Ah ! Dikit-Dikit Kena Mental !

Ah ! Dikit-Dikit Kena Mental !
Photo by FlyD / Unsplash

Isu kesehatan mental di gen-Z semakin masif digencarkan atau semakin di perhatikan. Namun, sayangnya dibalik kepedulian itu gen-Z sendiri rasanya menjadi yang paling rentan akan kesehatan mental itu sendiri.

Beberapa hari lalu, teman saya bercerita, "Mbak, di RS. X ini semakin banyak anak-anak muda antri di dokter kejiwaan ya !"

Aku lantas terdiam dan tersenyum,

Kemudian ia menimpali, "Mereka punya masalah apa ya mbak ? Rasanya dulu zamanku nggak gitu-gitu amat"

Ya, rasanya hal yang wajar sih jika banyak dari generasi sebelumnya heran dengan fenomena anak zaman sekarang, kok mental lemah !

Bahkan dalam dunia kerja pun, gen-Z sudah banyak yang mengeluh akan drama yang ada. Padahal gen-Z ini sangat kreatif dan berinovasi.

Banyak hal yang terjadi. Beda zaman memang akan beda dalam penempaannya. Gen-Z pun lahir dalam kondisi media sosial pun berkembang pesat. Informasi yang disajikan sangat minim, singkat, sehingga menurunkan daya kritis dikalangan mereka. Nah, bukankah memang daya baca anak muda zaman sekarang terbukti menurun ? Lebih mengandalkan Chat GPT ?

Sayangnya, kesehatan mental yang marak membuat mereka mudah mendiagnosa diri sendiri tanpa ke ahli dan menolak tekanan hidup yang ada. Sejatinya, sebuah tekanan itu bisa dimaknai dengan sebuah ujian yang ada. Alhasil, mereka menjadikan segala sesuatu yang menyakiti mental mereka adalah toxic.

Tik-tok menjadi tolok ukur kebenaran. Padahal banyak media juga yang tersaji ternyata hoax. Sayangnya, sekali lagi, minat baca dan daya kritis yang menurun pun bisa menjadikan hidup kita terjebak dalam suatu situasi yang rumit. Seperti, overthinking, anxiety, bahkan dikalangan anak muda pun jika ada tekanan sedikit saja mereka memilih keluar daripada menyelesaikan masalah itu sendiri.

Dengan menyelesaikan masalah maka membuat diri kita semakin bijak, menyehatkan pikiran, dan dewasa atau kematangan dalam berfikir.

So, peduli dengan kesehatan mental itu perlu banget. Sebab, menjaga jiwa kita semakin sehat. Namun, jangan dijadikan isu mental ini sebagai alasan untuk menuntu orang lain untuk memahami tanpa mau melakukan perubahan.

Menjadi empati itu perlu supaya kamu tetap menjadi manusia. Tapi, terlalu berempati sampai kamu menjadi lemah dan tertinggal pun bukanlah pengertian yang tepat.

Kita harus berubah bukan orang lain. Untuk menyehatkan jiwa atau mental ada ditanganmu. Dimana pun kamu berada akan tetap ada masalah yang sama jika kamu tak menyelesaikannya dengan baik. Walaupun kamu berpindah keujung dunia sekali pun ! Masalah itu akan hadir tanpa permisi.

So, jangan jadikan "dikit-dikit mental" untuk melarikan diri. Hadapi, saja !

Jika perlu kamu bisa minta bantuan ke Psikolog atau yang Ahli !

Jadikanlah dirimu bersinar dan bijaksana !

Read more